Selasa, 08 September 2009

Teladan Kesetiaan Elia dan Praktek Iman Janda Sarfat

1 Raja 17:7-16

1. Elia yang berarti "Tuhan adalah Allahku" adalah utusan Tuhan untuk menyampaikan firman hukuman atas ketidaktaatan Israel. Pengabdiannya yang kokoh kepada Allah dan perjanjianNya menjadikannya teladan iman, keberanian dan kesetiaan kepada Allah dalam situasi pertentangan dan penganiayaan yang sangat berat. Tugasnya adalah untuk menyadarkan umat Tuhan, Israel, dari kemurtadan dan memanggil mereka kembali agar taat kepada Tuhan. Ini adalah satu tugas berat yang harus dia emban : menyadarkan bangsa Israel bahwa Allah mereka lebih kuat dari pada dewa Baal.

2. Firman hukuman atas ketidaktaatan Israel kepada Tuhan menyebabkan terjadinya musim kemarau yang panjang. Tuhan menahan hujan selama 3,5 tahun. Perjanjian Baru menyatakan bahwa masa kekeringan di Israel ini terjadi sebagai hasil doa Elia yang sungguh-sungguh (Yak.5:17). Tujuan hukuman tanpa hujan ini adalah untuk menyadarkan umat Israel bahwa Tuhan lebih berkuasa daripada dewa Baal atas apapun di bumi ini. Peristiwa ini sekaligus mengejek dewa Baal, karena para penyembah dewa Baal percaya dia mampu menguasai hujan dan bertanggungjawab atas panen yang berlimpah-limpah. Dengan menahan hujan Tuhan mau menyadarkan kekeliruan mereka.

3. Karena Elia berpihak melawan kemurtadan berarti dia juga sedang berpihak kepada Allah. Maka Allah memelihara Elia di lembah Kerit. Dengan demikian Tuhan ikut menanggung beban Elia. Dalam keadaan yang sulit dan terancam Tuhan memelihara Elia dengan cara unik pula :
  • Burung Gagak memberi dia makan. Ironisnya, burung gagak adalah burung pemakan bangkai yang terkenal rakus. Bukankah mengherankan bahwa pemakan bangkai dan rakus itu masih mau berbagi dan memberi makan hamba Tuhan? Kenapa bukan burung yang lain yang statusnya lebih "terhormat", Rajawali misalnya? Tuhan mau mengajarkan kepada kita bahwa burung saja yang kotor dan rakus (baca:tidak mau berbagi) itu masih mampu melakukan banyak kebaikan. Bagaimana dengan manusia yang "terhormat" yang justru lebih suka melakukan pekerjaan kotor dan rakus daripada melakukan sedikit kebaikan. Renungkanlah!
  • Janda Miskin memberi dia makan. Kembali kita tertegun dengan cara Allah memelihara orang percaya. Kadang-kadang kesukaran terjadi dalam hidup kita sekalipun kita berada dalam kehendak Allah. Melalui pengalaman semacam itu Ia akan akan membantu kita dengan cara yang berbeda dan lebih hebat pula. Dalam hal ini, Allah tidak meremehkan kebutuhan dan kesusahan seorang janda miskin di Sarfat itu. Kehadiran Elia di rumahnya adalah untuk memperkuat imannya dan memeberikan berkat-berkat jasmani ketika janda itu sudah nyaris putus asa (ay.12) Inilah kehebatan iman : Iman janda tersebut kepada Allah membuatnya menukarkan hal yang pasti kepada yang tidak pasti; yang tampak untuk yang tidak tampak. Jadilah tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang sampai pada waktu Tuhan memberikan hujan.
4. Renungan. Kita tidak hanya tertuju kepada mujizat yang dilakukan Tuhan di masa kesukaran itu. Tapi lebih dari itu, teladan kesetiaan Elia kepada Tuhan dan praktek iman dari seorang janda miskin telah melahirkan pemeliharaan Tuhan yang tak hentinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar