Selasa, 31 Maret 2009

Profil HKBP Salembaran (1)

SEJARAH HKBP SALEMBARAN

Pendahuluan
Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan masa sekarang untuk dapat dijadikan cerminan pada masa yang akan datang. Manusia dan seluruh ciptaan Tuhan hidup di dalam sejarah. Demikian pula perjalanan gereja di dunia ini dipakai oleh Allah sebagai tubuhNya untuk menyampaikan kabar baik kepada semua bangsa dan seluruh makhluk sampai ke ujung bumi (Mat.28:19-20, Mark.16:15, Kis.1:8). Oleh karena itu dimana gereja berdiri, di sana sejarah karya penyelamatan Allah menjadi nyata.
Untuk itu pula sejarah gereja HKBP Salembaran ini perlu dituliskan. Di gereja yang masih baru dan kecil ini Allah memanggil orang-orang percaya untuk bersekutu, khususnya bagi orang Batak yang merantau ke daerah Banten. Begitu banyak kisah yang dapat dipetik dari setiap peristiwa yang terjadi di gereja ini. Dan sangat disayangkan kalau semuanya itu sampai terlupakan.
Maka dengan segala upaya, saya sebagai Pimpinan Jemaat HKBP Salembaran berusaha merampungkan penulisan sejarah ini. Berhubung arsip sejarah gereja HKBP Salembaran belum ada (menurut beberapa sumber pernah ada namun hilang tak berbekas), maka penulisan sejarah ini harus dimulai dari awal. Arsip tingting (warta jemaat) dan pelaku sejarah yang masih hidup merupakan sumber yang otentik dalam menyusun sejarah gereja HKBP Salembaran ini. Dibantu oleh beberapa orang parhalado (Team Sejarah) maka buku sejarah ini ditulis dengan tahapan sebagai berikut :
· Mencari data dari Buku Tingting dan arsip-arsip penting gereja.
· Mewawancarai tokoh-tokoh pendiri gereja.
· Menjalankan angket.
· Mensosialisasikan buku sejarah kepada jemaat.
· Mensahkan dan Mencetak Buku Sejarah HKBP Salembaran
Dengan langkah-langkah tersebut di atas diharapkan semakin kecil kemungkinan terjadi kekeliruan.

Letak Geografis

Banyak orang bingung kalau disebutkan nama HKBP Salembaran. Sikap kebanyakan orang pasti mengatakan, ”di mana itu Salembaran?” HKBP Salembaran memang tidak se’beken’ nama HKBP Menteng, HKBP Kebayoran Baru, HKBP Sudirman atau HKBP Tebet. Namun HKBP Salembaran, walaupun kecil dan terpencil dipinggiran kota, juga memiliki tempat di peta HKBP.
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Salembaran secara geografis terletak di daerah pesisir pantai utara. Pantai yang terdekat ke daerah Salembaran adalah Pantai Tanjung Pasir dan Pantai Kamal. Dekat dengan Bandar Udara Sukarno Hatta. Jarak Bandara – Salembaran berkisar 8 km. Jika ditempuh naik kederaan bermotor dari belakang Bandara melalui jalan pintas berkisar sepuluh menit, tapi melalui rute jalan biasa berkisar setengah jam.

Ada dua arah jalan masuk ke Salembaran yaitu : melalui Tegal Alur (Cengkareng) dan melalui Pintu Air (Tangerang). Daerah Salembaran berada pada kekuasaan pemerintahan Propinsi Banten, Kabupaten Tangerang, Kecamatan Kosambi dan Kelurahan Salembaran.
Di peta HKBP, jemaat Salembaran merupakan ’pagaran’ dari HKBP Resort Tangerang Kota - Distrik XXI Jakarta Tiga.

Latar Belakang

Perkavlingan Salembaran adalah wilayah pembebasan tanah bandara pada awal tahun 1985 an. Masyarakat yang tergusur dari lokasi Bandara Sukarno Hatta ditempatkan di daerah perkavlingan Salembaran, dengan luas tanah perkavlingnya 10 x 15 m per-kepala keluarga. Pada awalnya masyarakat yang tergusur enggan tinggal di perkavlingan karena prasarana yang kurang memadai, jalan rusak, listrik dan air tidak tersedia. Akhirnya tanah perkavlingan diperjual belikan dengan tanda bukti satu ”kupon” perkavlingnya. Maka tidak heran begitu banyak tanah kavling yang surat-suratnya bermasalah. Sertifikat tanah lenyap tidak tahu siapa yang memegang. Hal seperti ini masih terjadi sampai sekarang.

Menurut pengakuan orang-orang batak yang pertama tinggal di daerah Salembaran, waktu itu tanah diperjual-belikan sangat murah. Hanya saja tanah yang dibeli harus ditempati, kalau tidak maka tanah itu akan di tempati oleh orang lain. Dan siapa yang tinggal di tanah tersebut maka dialah yang berhak atas tanah itu. Apalagi kalau tidak ada bangunan di atas tanah tersebut, jangan heran kalau tanah itu diperjualbelikan lagi walaupun sudah ada yang memiliki. Benar-benar rumit!

Bukan orang Batak namanya kalau tidak jeli terhadap tanah dan tempat tinggal. Kesempatan itu dipergunakan oleh orang-orang Batak untuk berdomisili di Salembaran. Bahkan ada juga yang menjadi tuan tanah di perkavlingan tersebut. Pada tahun 1985 terjadi penggusuran dari sekitar Jalan Prancis (Rawa Bokor). Banyak orang Batak yang ikut tergusur. Mereka kemudian memilih tinggal di Salembaran dan merekalah yang menjadi cikal bakal warga jemaat HKBP.

Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, tidak ada listrik, jalan rusak total, air sumur yang asin, orang-orang Batak yang pertama di daerah ini terus bertahan di Salembaran. Mereka membangun rumah seadanya yang terbuat dari bilik bambu dan atap rumbia. Berjuang untuk hidup sambil berharap untuk mendapatkan hidup yang lebih layak. Dalam kondisi yang demikian mereka tidak lupa kepada Tuhan. Seperti orang Batak bilang ”di dia halak Batak maringanan sai diboan do huriana” (di mana orang Batak tinggal, mereka membawa gerejanya). Tapi sayang, gereja yang didirikan pertama sekali adalah Gereja Oikumene. Gereja Oikumene tersebut lama-kelamaan mengikuti aliran gereja tertentu dan kemudian menjadi Gereja Betel. Banyak orang Batak yang keluar dan mencari gereja HKBP,GKI atau GPIB yang terdekat. Dari sinilah dimulai sejarah berdirinya jemaat HKBP di Salembaran.
...bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar