______
Banyak kisah-kisah sedih dan menegangkan dalam Alkitab yang sulit kita pahami. Salah satunya adalah kisah Abraham mengorbankan anaknya, Ishak. Bagaimanakah Allah yang kudus membiarkan hamba-Nya melewati cobaan yang seberat ini? Cathryn Luther (isteri Marthin Luther) melihat persoalan ini dan berkata; saya tidak percaya kalau Allah menyuruh seorang ayah mempersembahkan anaknya dan ada 2 alasan (1). Pertama; Allah adalah Allah yang kudus Dia membenci persembahan manusia, jadi Allah tidak dapat menghancurkan kekudusan-Nya. Kedua; Tuhan mengatakan keturunan Abraham akan seperti “bintang di langit dan pasir di laut.” Ibrani 11 mengatakan pemenuhan janji itu akan melalui Ishak anaknya. Jika Ishak disingkirkan, maka janji itu tidak dapat dipenuhi. Di lain pihak Allah tidak mungkin berdusta. Lalu bagaimana? Banyak ahli Alkitab mengatakan bahwa pasal ini adalah kemustahilan yang mungkin hikmat manusia tidak bisa memecahkan hal itu.
Jawabannya terletak pada hubungan istimewa yang Abraham dan Tuhan nikmati. Hubungan bapa-anak yang ada antara Abraham dengan Ishak sama persis dengan hubungan yang ada antara Allah dengan Abraham. Ujian ini sesungguhnya merupakan ujian mutu yang bernilai sama tinggi bagi Abraham maupun bagi Allah yang mengadakan ujian tersebut. Ujian ini bisa berhasil dengan gemilang karena Abraham tahu hati Allah dan sebaliknya Allah mengetahui iman dan hati Abraham. Masalahnya adalah ujian tersebut bukanlah suatu pencobaan untuk melakukan kejahatan. Sebaliknya, ujian itu mempunyai tujuan untuk menguatkan dan membangunnya, sebagaimana halnya sejumlah ujian yang diberikan Allah di padang gurun (2). Allah menguji rekan perjanjian-Nya untuk melihat apakah ia memegang teguh janji itu di pihaknya. Allah tak pernah menguji orang kafir; Ia secara khusus menguji umat-Nya sendiri. Jadi ujian ini selalu merupakan suatu ujian dari Allah sendiri dengan maksud untuk mengetahui apakah Abraham akan mengasihi, takut , taat, menyembah dan melayani Dia.
Saudara yang terkasih, seberat apakah pergumulan, kesulitan, persoalan dan ujian yang kita hadapi saat ini? Apakah kita tetap takut, taat dan mengasihi Tuhan ketika menghadapi pergumulan yang mungkin adalah ujian dari Tuhan, untuk mengetahui seberapa besar keasih kita kepada-Nya? Nick Vujicic, seorang yang lahir tanpa tangan dan kaki mampu berkata, ”Allah tidak akan mengijinkan apapun terjadi dalam hidup kita kecuali Ia memiliki tujuan yang baik di dalam semuanya itu...Jika saya dapat percaya kepada Allah dalam kondisi seperti ini seharusnya Anda dapat percaya kepada Allah dengan kondisi yang anda miliki. Sukacita terbesar dalam hidup saya adalah memiliki Kristus Yesus di dalam hidup saya”. Akhirnya, ujian merupakan salah satu sarana yang melaluinya Allah menghadirkan tujuan-tujuan penyelamatan-Nya. Seringkali manusia tidak tahu mengapa mereka diuji sampai ujian itu usai berlangsung. Hanya sesudah mereka terbukti dipelihara, dimurnikan, didisiplinkan dan diajar barulah mereka bisa melihat di balik situasi tersebut, kuat dalam iman dan diteguhkan untuk menghadapi tugas-tugas yang lebih sulit di masa mendatang. Sebab di balik kesulitan yang kita hadapi Allah menyediakan berkat seperti domba yang disediakan Allah bagi Abraham sebagai pengganti Ishak (ayat 13). Mari kita menjadi orang-orang percaya yang meneladani iman Abraham, sehingga ketika ujian datang kita keluar menjadi pemenang. Amin.
Yang lebih sering lagi, keyakinan kita akan jawaban doa, di uji dengan waktu.
BalasHapusKadangkala karena kita tidak sabar maka kita menganggap bahwa Tuhan tidak mendengar doa kita, padahal Tuhan sebenarnya mempersiapkan kita untuk mendapatjawaban yang terbaik dariNya.
Thx ampara...
BalasHapusaku dah lama ga update blognya...