Semogalah Tuhan, khalik langit dan bumi selalu memelihara hidup dan kehidupan kami. Dari Dialah semua yang ada dan yang akan ada di dunia ini. Dialah sang pemberi hidup! Semua makhluk harus tunduk dan taat atas kuasa-Nya yang besar. Kemuliaan dan hormat kepada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, dari sekarang sampai selama-lamanya.
Ucapan syukur keluarga kami tak terhingga kepada Tuhan atas berkat yang diberikan kepada kami pada hari Rabu, 17 September 2014 yang lalu. Dia mengaruniakan kepada kami seorang putera, anak ketiga di keluarga kecil kami, Sinurat. Sungguh kebahagiaan yang tiada tara bagi kami, apalagi bisa lahir dengan normal. Padahal sudah sempat dipastikan oleh dokter dan bidan harus dioperasi, karena bayinya sungsang. Tapi dengan keyakinan dan doa ternyata posisi bayi bisa normal tanpa harus menjalani operasi sesar. Saya yakinkan istri saya dengan mengatakan : "Mama harus kuat, yakin saja dan berdoa bahwa vonis dokter dan bidan itu belum tentu benar. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Mama pasti bisa bersalin secara normal". Dan puji Tuhan, doa kami didengar. Sungguh Tuhan itu baik.
Masih ingat betapa berat perjuangan istri tercinta Isdawati Butarbutar selama mengandung anak ketiga kami ini. Selama empat bulan pertama susah makan, mual dan muntah. Tekanan darah juga sangat rendah dan sering pusing sehingga harus istirahat total (bedrest). Pernah juga harus diopname karena sudah drop, berhari-hari tidak bisa tidur malam. Tidak hanya sampai disitu, penyakit lain berupa luka biasa di kaki menyebabkan sang istri susah berjalan karena semakin lama kakinya semakin bengkak. Entah penyakit apa itu, ada-ada saja memang. Dan luka itu hampir sampai sebulan baru sembuh. Dan terakhir yang membuat sempat stres adalah ketika dokter dan bidan memastikan harus di operasi sesar. Sejak melahirkan anak pertama kami, istriku memang selalu bertekat dan niat yang kuat harus bisa bersalin secara normal.
Pagi itu, Rabu 17 September 2014 pukul 04.00 sang istri membangunkan saya dan memberitahukan bahwa sudah ada tanda-tanda akan bersalin. Menurut perkiraan dokter, sesuai USG, sebenarnya perkiraan lahir awal Oktober, tapi ternyata lebih cepat dari yang diperkirakan.
Saya katakan kepada istri masih terlalu pagi, kita tunggulah sampai pukul 05.00 baru berangkat ke bidan. Saya pastikan juga apakah masih bisa naik sepeda motor, sebab jarak tempat persalinan kira-kira 5 km. Dengan yakin istri saya menjawab masih bisa. Kami juga memperkirakan sampai di tempat bidan nanti paling baru pembukaan satu. Eh, sesampainya di tempat bersalin kami kaget, sebab bidan mengatakan sudah pembukaan enam. "Oh Tuhan, bukankah dalam posisi seperti itu sangat berbahaya naik sepeda motor?" Untunglah tidak terjadi apa-apa. Sekali lagi Tuhan itu sungguh baik, dia menolong kami. Pada pukul 06.45 sang jagoan pun lahir dengan selamat. Terimakasih Tuhan, saat-saat menegangkan pun bisa terlewati. Semuanya berkat bantuan dan pertolongan Tuhan.
Berkat Tuhan Yesus, semua itu bisa kami jalani dengan rasa syukur yang tak terhingga. Oleh karena Tuhan yang yang membantu dan menolong maka putra ketiga kami ini akan kami beri nama YOSIA AURELIUS SINURAT. Yosia berasal dari bahasa Ibrani yang berarti Tuhan membantu, Tuhan mendukung, (klik disini untuk melihat arti nama Yosia). Sedangkan Aurelius dari bahasa latin artinya emas
Tuhan kiranya memberkati dan memeliharanya menjadi anak yang selalu sehat serta "simbur magodang". Dan juga memberikan kekuatan serta hikmat kepada kami orangtuanya untuk membimbing anak-anak kami seturut kehendak-Nya. Amin.