Minggu, 14 Maret 2010

Ujian Iman

Kejadian 22,9-14
Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan."

______

Banyak kisah-kisah sedih dan menegangkan dalam Alkitab yang sulit kita pahami. Salah satunya adalah kisah Abraham mengorbankan anaknya, Ishak. Bagaimanakah Allah yang kudus membiarkan hamba-Nya melewati cobaan yang seberat ini? Cathryn Luther (isteri Marthin Luther) melihat persoalan ini dan berkata; saya tidak percaya kalau Allah menyuruh seorang ayah mempersembahkan anaknya dan ada 2 alasan (1). Pertama; Allah adalah Allah yang kudus Dia membenci persembahan manusia, jadi Allah tidak dapat menghancurkan kekudusan-Nya. Kedua; Tuhan mengatakan keturunan Abraham akan seperti “bintang di langit dan pasir di laut.” Ibrani 11 mengatakan pemenuhan janji itu akan melalui Ishak anaknya. Jika Ishak disingkirkan, maka janji itu tidak dapat dipenuhi. Di lain pihak Allah tidak mungkin berdusta. Lalu bagaimana? Banyak ahli Alkitab mengatakan bahwa pasal ini adalah kemustahilan yang mungkin hikmat manusia tidak bisa memecahkan hal itu.

Jawabannya terletak pada hubungan istimewa yang Abraham dan Tuhan nikmati. Hubungan bapa-anak yang ada antara Abraham dengan Ishak sama persis dengan hubungan yang ada antara Allah dengan Abraham. Ujian ini sesungguhnya merupakan ujian mutu yang bernilai sama tinggi bagi Abraham maupun bagi Allah yang mengadakan ujian tersebut. Ujian ini bisa berhasil dengan gemilang karena Abraham tahu hati Allah dan sebaliknya Allah mengetahui iman dan hati Abraham. Masalahnya adalah ujian tersebut bukanlah suatu pencobaan untuk melakukan kejahatan. Sebaliknya, ujian itu mempunyai tujuan untuk menguatkan dan membangunnya, sebagaimana halnya sejumlah ujian yang diberikan Allah di padang gurun (2). Allah menguji rekan perjanjian-Nya untuk melihat apakah ia memegang teguh janji itu di pihaknya. Allah tak pernah menguji orang kafir; Ia secara khusus menguji umat-Nya sendiri. Jadi ujian ini selalu merupakan suatu ujian dari Allah sendiri dengan maksud untuk mengetahui apakah Abraham akan mengasihi, takut , taat, menyembah dan melayani Dia.

Saudara yang terkasih, seberat apakah pergumulan, kesulitan, persoalan dan ujian yang kita hadapi saat ini? Apakah kita tetap takut, taat dan mengasihi Tuhan ketika menghadapi pergumulan yang mungkin adalah ujian dari Tuhan, untuk mengetahui seberapa besar keasih kita kepada-Nya? Nick Vujicic, seorang yang lahir tanpa tangan dan kaki mampu berkata, ”Allah tidak akan mengijinkan apapun terjadi dalam hidup kita kecuali Ia memiliki tujuan yang baik di dalam semuanya itu...Jika saya dapat percaya kepada Allah dalam kondisi seperti ini seharusnya Anda dapat percaya kepada Allah dengan kondisi yang anda miliki. Sukacita terbesar dalam hidup saya adalah memiliki Kristus Yesus di dalam hidup saya”. Akhirnya, ujian merupakan salah satu sarana yang melaluinya Allah menghadirkan tujuan-tujuan penyelamatan-Nya. Seringkali manusia tidak tahu mengapa mereka diuji sampai ujian itu usai berlangsung. Hanya sesudah mereka terbukti dipelihara, dimurnikan, didisiplinkan dan diajar barulah mereka bisa melihat di balik situasi tersebut, kuat dalam iman dan diteguhkan untuk menghadapi tugas-tugas yang lebih sulit di masa mendatang. Sebab di balik kesulitan yang kita hadapi Allah menyediakan berkat seperti domba yang disediakan Allah bagi Abraham sebagai pengganti Ishak (ayat 13). Mari kita menjadi orang-orang percaya yang meneladani iman Abraham, sehingga ketika ujian datang kita keluar menjadi pemenang. Amin.



Rabu, 10 Maret 2010

DITINGGALKAN SESAAT, DIKASIHI SELAMANYA

Yesaya 54,7-10
Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali. Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. Keadaan ini bagi-Ku seperti pada zaman Nuh: seperti Aku telah bersumpah kepadanya bahwa air bah tidak akan meliputi bumi lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku tidak akan murka terhadap engkau dan tidak akan menghardik engkau lagi. Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau.


______

Kita telah memasuki minggu Letare, yang artinya : Bersukacitalah (Yesaya 66:10). Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk merenungkan perbuatan dan kasih Tuhan yang sungguh besar kepada umat-Nya. Dan sebagai orang percaya, layaklah kita bersukaria, bergirang dan bersorak-sorai karena bagi kita juga telah nyata perbuatan Allah yang menyelamatkan kita. Allah memberikan semangat kepada orang-orang buangan dengan menjanjikan keadaan baru yang mendatangkan berkat dan sukacita. Walaupun Yerusalem kering dan tandus; namun akan tiba saatnya, ketika orang percaya sejati akan berjumlah lebih banyak daripada jumlah mereka sebelum pembuangan.

Bagian ini adalah nubuat yang paling akbar dalam Alkitab mengenai kebesaran Allah dan kemegahan rencana penebusan-Nya. Tuhan berfirman : "Hanya sesaat lamanya Aku meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau kembali." (ayat 7). Umat Allah di pembuangan tidak perlu takut bahwa keadaan mereka yang memalukan itu akan berlanjut selamanya, karena hukuman Allah sebentar lagi akan berakhir dan berubah menjadi keselamatan. Ketika kita terhukum akibat dosa dan pelanggaran kita, Allah seolah-olah menyembunyikan wajah-Nya dan itu hanya sesaat lamanya. Allah akan menaruh belas kasihan kepada umat-Nya yang merana karena dosa. Kata 'sesaat' menekankan bahwa Allah tetap akan menghukum umat yang berdosa tetapi tidak untuk selamanya. Kasih-Nya lebih besar mengatasi murka-Nya. "Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu" (Yeremia 31:3), itulah janji setia Tuhan. Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau (ayat 10).

Lagu himne "The Love of God" melukiskan kasih yang begitu manakjubkannya dari Allah itu :
Walau dengan dawat selaut,
langit dijadikan kertas,
tiap batang sebagai pena dan tiap orang menulis,
tak mungkin akan melukiskan Kasih Allah yang besar,
langit dari timur ke barat tak akan memuatnya.
Artinya kasih allah tidak dapat dijelaskan. Kasih-Nya hanya dapat dialami. Kita didorong untuk menghargai kasih Allah yang menakjubkan ini. Kasih-Nya sangat mengherankan, terutama ketika kasih itu menyentuh kita di saat hidup kita teronggok di titik terendah. Selama saat-saat suram yang gelap itu, kita rasakan Tuhan menghapiri kita dengan rangkulan dan dekapan kasih-Nya. Tidakkah kita patut ber-Letare? bersukacita mengingat kasih Tuhan ini? Mari, nyatakanlah dalam hidupmu bahwa tidak ada kasih yang lebih besar dari kasih Tuhan kita. Amin!