Sabtu, 13 Februari 2010

Pelayan Tuhan : Tugas Yang Mulia

1 Timotius 3 : 1-7
Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah." Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.

________
1. Zaman sekarang orang berlomba-lomba untuk tidak mau dicalonkan menjadi penatua (sintua). Banyak saja alasan untuk menolak. Mulai dari merasa diri tidak layak atau pantas, tidak mampu, tidak ada waktu, terlalu sibuk di pekerjaan, masih terlalu muda dan lain sebagainya. Benar, tugas dan tanggungjawab pelayan itu sangat berat karena menyangkut pelayanan kepada jiwa manusia. Kita harus hidup benar dan bisa menjadi contoh bagi orang lain. Karena itulah mungkin banyak yang enggan mau menjadi penatua atau sintua di gereja. Tapi, bagaimanapun beratnya tugas dan tanggungjawab itu, ketidak-mampuan bukanlah menjadi alasan untuk tidak mau melayani atau menjadi pelayan di gereja. Kita semua, baik pendeta, sintua serta pelayan lainnya, semua pada dasarnya adalah orang-orang yang tidak mampu untuk melayani. Kita semua yang terpanggil untuk melayani Tuhan adalah orang-orang yang "dimampukan". Artinya, Tuhan memanggil kita untuk melayani sekaligus memberikan jaminan bahwa Dia akan menguatkan dan menyertai kita setiap saat.
2. Ternyata pada jaman Paulus persyaratan menjadi pelayan Tuhan (waktu itu disebut penilik jemaat=episkopos) termasuk berat. Kekudusan gereja dan para pelayan-Nya serta jemaat harus benar-benar dijaga. Jangan diberikan kesempatan kepada si iblis untuk memanfaatkan pekerja gereja merusak persekutuan kudus Tuhan. Karena itu kualitas hidup dari seorang pelayan harus diukur dari karakter hidup dan moralnya. Tidak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya, janganlah ia seorang yang baru bertobat, mempunyai nama baik di luar jemaat. Sungguh, bagi kebanyakan orang ini adalah persyaratan yang sangat berat. Namun bukan berarti kita tidak bisa memenuhi persyaratan tersebut. Asal kita taat dan yakin bahwa Tuhan memampukan kita menjadi pelayan yang berkarakter hebat seperti Paulus dan Timotius.
3. Ketika kita mampu menampilkan sikap hidup yang seperti itu, maka kita menjadi pelayan yang berwibawa, yang benar-benar dipenuhi oleh Roh Kudus. Pelayan yang berwibawa adalah pelayan yang membuat gaya hidup dan moralnya menjadi tiruan bagi banyak orang. Khotbah yang hidup dan paling berpengaruh besar bagi jemaat adalah kehidupan dari pelayan itu sendiri. Bukan karena kefasihan berbicara saja atau karena mampu menghafalkan ayat-ayat alkitab. Dalam hal apakah kita patut untuk ditiru? Paulus menasihati Timoteus "... Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu". (1 Tim.4:12). Tidak masalah tua ataupun muda, miskin atau kaya, terhina atau terhormat, pelayan atau jemaat, semuanya bisa menjadi teladan bagi orang lain. Siapapun yang menempatkan dirinya menjadi pelayan Tuhan, ingatlah itu pekerjaan yang indah, tugas mulia. Sebab itu jangan takut, jangan mengelak lagi dari panggilan Tuhan. Layanilah Tuhan, layanilah sesama pasti kita akan dimampukan. Tuhan memberkati!